
1: Di Balik Feed Shopee yang Terasa “Ajaib”
Pernahkah kamu merasa Shopee seperti membaca pikiranmu? Belum sempat mengetik apapun, produk yang kamu incar muncul begitu saja di beranda. Ini bukan sihir — melainkan kerja algoritma cerdas yang disokong oleh AI. Namun, apakah sistem ini benar-benar memahami kebutuhan kita, atau hanya menampilkan apa yang menguntungkan mereka?
Rekomendasi AI di marketplace menjadi senjata utama dalam meningkatkan transaksi. Namun masih sedikit pengguna yang memahami cara kerja, tujuan tersembunyi, dan konsekuensi dari sistem ini.
2: Cara Kerja Sistem Rekomendasi di Shopee
Sistem rekomendasi Shopee dirancang untuk:
- Menampilkan produk yang kemungkinan besar akan dibeli.
- Meningkatkan waktu tinggal pengguna dalam aplikasi.
- Mengoptimalkan revenue dari klik dan pembelian.
Input utama yang digunakan:
- Riwayat pencarian dan pembelian.
- Produk yang dilihat tapi tidak dibeli.
- Aktivitas keranjang.
- Interaksi iklan atau promo.
- Lokasi, waktu akses, bahkan perangkat.
Shopee kemudian menggabungkan data ini dengan sistem machine learning mereka. Hasilnya adalah tampilan produk yang seolah disesuaikan secara personal. Namun sebenarnya sistem ini bekerja dengan prinsip “kemiripan perilaku massal”, bukan memahami individu secara mendalam.
AI personalisasi masih punya keterbatasan besar, terutama dalam membedakan minat sesaat dengan kebutuhan jangka panjang.
3: Antara AI dan Iklan: Siapa yang Sebenarnya Menentukan?
Masalah utama dari sistem rekomendasi di Shopee adalah campur tangan iklan. Shopee menggunakan model “pay-to-rank”, di mana seller bisa membayar agar produknya muncul di hasil pencarian dan rekomendasi.
Konsekuensinya:
- Produk dengan iklan lebih tinggi bisa mengalahkan relevansi asli.
- Barang berkualitas rendah bisa tampil menonjol karena budget iklan besar.
- Seller kecil sulit bersaing tanpa sponsor.
AI yang digunakan dalam sistem ini tidak sepenuhnya netral. Ia diarahkan untuk memaksimalkan pendapatan Shopee, bukan memberikan rekomendasi terbaik untuk pengguna.
Manipulasi algoritma menjadi isu etis yang semakin sering dibicarakan.
4: Bubble Belanja dan Efek Psikologis
Sistem rekomendasi yang terlalu personal bisa menciptakan bubble informasi: pengguna hanya disuguhi jenis produk yang sama, dari toko yang sama, berulang-ulang.
Risikonya:
- Pengguna tidak menemukan alternatif produk lebih baik.
- Eksplorasi produk jadi terbatas.
- Penjual baru kesulitan masuk ke radar algoritma.
Secara psikologis, sistem ini juga bisa memicu belanja impulsif. Shopee tahu kapan kita rentan (lewat waktu login, jam tertentu), lalu memunculkan produk murah dengan diskon palsu untuk memancing klik.
5: Sistem yang Bisa Dipelajari, Tapi Juga Bisa Dipermainkan
Seller profesional tahu cara menunggangi sistem ini:
- Manipulasi harga dan diskon untuk memancing algoritma.
- Simulasi pembelian massal (flash sale palsu).
- Optimalisasi keyword dan thumbnail untuk “menipu” AI.
Akibatnya, sistem rekomendasi kadang menampilkan produk yang populer karena manipulasi, bukan karena kualitas.
Bot di marketplace makin sering digunakan untuk mengeksploitasi kelemahan ini.
6: Perbandingan Sistem Rekomendasi Marketplace Lain Platform Sistem Rekomendasi Netralitas Campur Tangan Iklan Shopee Machine Learning + Behavioral Sedang Tinggi Tokopedia Berdasarkan Keyword & Riwayat Sedang Menengah TikTok Shop Berbasis Konten Video & Interaksi Tinggi Rendah Lazada AI berbasis aktivitas pengguna Sedang Menengah
Shopee saat ini sangat agresif dalam memonetisasi sistem rekomendasinya. Ini memberi mereka keuntungan finansial, tapi mengorbankan transparansi dan keberagaman.
7: Apakah Rekomendasi AI Bisa Lebih Manusiawi?
Kemungkinan selalu ada. Marketplace seperti Shopee bisa mulai menerapkan:
- Filter transparan antara rekomendasi organik dan sponsor.
- Kontrol pengguna untuk mengatur feed.
- Sistem “semacam kurasi manusia” untuk menyeimbangkan rekomendasi.
- Pelabelan yang jelas antara promosi dan personalisasi.
Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belanja yang etis, adil, dan tetap personal.
8: Privasi dan Ketergantungan
Sistem AI rekomendasi membutuhkan data — banyak data. Ini menimbulkan kekhawatiran privasi:
- Apakah Shopee terlalu banyak tahu tentang kita?
- Apakah data kita dijual ke pihak ketiga?
- Apakah kita dikendalikan tanpa sadar oleh sistem otomatis?
Ketergantungan terhadap rekomendasi juga bisa mengurangi kemampuan kita memilih dengan sadar. Kita jadi “ikut saja” dengan apa yang muncul di layar, bukan apa yang kita cari dari awal.
Kesadaran digital harus dibangun kembali agar pengguna tetap punya kendali atas perilaku konsumsi mereka.
Kesimpulan
AI di balik sistem rekomendasi Shopee telah mengubah cara kita berinteraksi dengan e-commerce. Tapi perlu diingat: yang tampil di layar belum tentu yang terbaik. Sistem ini diarahkan untuk mendorong pembelian, bukan kebenaran.
Penting bagi pengguna untuk bersikap kritis, bagi seller untuk bersaing sehat, dan bagi Shopee untuk lebih transparan. Maka hanya dengan begitu, algoritma bisa benar-benar tahu apa yang kita mau — bukan hanya apa yang mereka ingin kita beli.
-(L)-